Ilustrasi (Facebook)

Hanya sebatang rupa engkau perlihatkan kepada cahaya
Hapus indah matamu pada secuil surat kecil untuk Tuhan
Hanya jejak tubuhmu yang murni jika air dan angin malam menjilat
Hauskah titik embun tengadah menatap rongsokan alas kakimu!

Wajah murung diguyur tubuh yang malang
Perlahan mendekat tubian api di persimpangan jalanmu
Kau harus tahu; Napasmu digadi dengan keringat bertuan Budi
Kau harus tahu; Rumahmu masih lapuk sebelum gaji pokok mereka dua kali lipat

Sentak menangkap riuh sangkakala Mungkin itu suara alam!
Kepada siapakah engkau menabur bunga duka ini?
Rupiah terus direnggut
Sakit, sesal pun setia menemani
Bagaikan robekan liku malam pertama
Mereka menyertaimu hingga luka menganga

Baca juga: Bekas Keringat Menempel Pada Ranjang Kenikmatan; Panggil Aku Mantan

Lidah-lidah semakin ditikam pusaran suara
Tangan lincah yang panjang
Menikah air ludahmu hingga sesal bertelut di palungan
Setibanya tak bernyawa untuk merangsangnya kembali

Tiba-tiba
Wajah di pojok darah
Rupiah tak bertuan
Engkau harus pergi dengan dengan suara doa yang lantang
Semoga baik-baik saja, cepatlah engkau tumbuh besar. Sadar!

Selesai


Tentang Penulis
Patris Jelalu
Saat ini menetap di Kupang dan  menempuh pendidikan di Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, NTT.
Klik di sini untuk kenal lebih dekat dengan Patris Jelalu.