![]() |
| (Gambar Ilustrasi. Sumber ; Brilio.net) |
Siapa sich yang tidak menghendaki gelar sebagai
anak mantu sarjana di negara yang hanya mengandalkan ijazah untuk
mendapatkan pekerjaan ini? Maksud saya, tujuh dari sepuluh orang Indonesia
betul-betul mengharapkan ijazah sebagai satu-satunya sumber yang mendatangkan
rupiah di revolusi industri 4.0. Padahal jika dipikir, pengembangan bakat dan keahlian pun
bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah apabila ditekuni dengan baik.
Apa itu revolusi industri 4.0 ?
Revolusi industri secara simpel artinya adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul (Marsel Susanto, 2019).
Dewasa ini, melihat porsentase angka pengangguran di negara kita
yang banyak didominasi oleh lulusan sarjana, secara sederhana Rocki Gerung
mengatakan bahwa “Ijazah itu tanda Anda pernah sekolah. Bukan tanda Anda pernah
berpikir.” Meski konseptual yang Rocki kemukanan bersifat umum, tetapi jika
kita menganalisanya secara matang, tentu saja hal tersebut adalah bentuk
keraguan terhadap kwalitas lembaga pendidikan kita saat ini dan kwalitas
lulusan yang dicetak dari suatu lembaga pendidikan itu sendiri.
Bulan Mei adalah bulan Pendidikan Nasional kita yang jatuh pada
tanggal 2 setiap tahun. Tetapi tahun ini, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,
yang mana perayaan hari 2 Mei dimeriahkan dengan pelbagai perlombaan baik di
tingkat sekolah dasar maupun pada tingat sekolah menengah atas. Hampir
tidak ditemukan ada perlombaan yang digelar di Indonesia umumnya dan Manggarai
khususnya.
Baca juga: Ruteng, Bulan Maria, Kompiang dan Kenangan (Bagian 1)
Baca juga: Ruteng, Bulan Maria, Kompiang dan Kenangan (Bagian 1)
Para penyelenggara kegiatan, tidak berani menggelar acara dengan
kapasitas mengumpulkan massa lebih dari sepuluh orang. Jangankan kegiatan
musiman ini, untuk melakukan aktivitas setiap hari saja, saat ini, orang-orang
akan selalu dibayang-bayangi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
dengan dampaknya yang cukup terrible. Tidak terkecuali di
Manggarai. Beragam perayaan ditiadakan.
Di Manggarai, setiap keberhasilan mesti dirayakan dengan euforia.
Pun tidak terkecuali perayaan kelulusan bagi siswa yang sebentar lagi beranjak
menuju jenjang pendidikan tinggi. Tetapi tahun ini, kita tidak lagi
mencium aroma knalpot yang khas di hari berita kelulusan. Tidak ada selebrasi
berlebihan, dengan mewarnai seragam sekolah. Tahun ini wajah pendidikan kita
normal-normal saja. Tidak lagi tercoreng oleh jutaan semprotan pilox pada
seragam sekolah.
Ya…perayaan tersebut memang tidak dilakukan oleh dedek-dedek yang
baru saja lulus kemarin, sebab lulusan tahun ini melalui jalur corona.
Sungguh pembuka tulisan yang membosankan. Wkkwk
Jadi begini, di tengah pandemi ini, beragam kecemasan muncul. Baik
dari calon mahasiswa baru yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat Universitas
maupun mahasiswa lama yang dikabarkan akan tunda diwisudakan
tahun ini. Beragam kecemasan itu muncul di awal tahun 2020, ketika musibah
ini datang. Tetapi kabar tersebut tidak menyurutkan semangat adik-adik yang
penasaran dengan dunia kampus yang katanya mengasyikkan.
Tidak asyik-asyik amat, sebenarnya. Ini berangkat dari pengalaman
beberapa senior yang sekarang terus jadi senior dan mungkin akan selamanya
menjadi senior dan menjadi penunggu abadi di kampus.
Kata mereka; awal perkuliahan menjadi masa mengasyikan bagi
mahasiswa. Segala persiapan dimatangkan, komunikasi dengan orangtua di kampung
selalu lancar. Karena di awal-awal masa perkuliahan kiriman dari orangtua masih
stabil untuk memenuhi kebutuhan. Termasuk membeli pulsa.
Baca juga: Perbedaan Mencolok Antara Mahasiswa Baru dengan Mahasiswa Lama, Kamu Termasuk yang Mana?
Baca juga: Perbedaan Mencolok Antara Mahasiswa Baru dengan Mahasiswa Lama, Kamu Termasuk yang Mana?
Perabotan di kos-kos-an pun lengkap. Mulai dari spring bed,
lemari, rak buku, dispenser, alat makan, magic com dan
foto pacar yang dipajang di dinding kamar. Semuanya lengkap. Pola
makan tiga kali sehari dan pola hidup teratur kerap kali mewarnai
kehidupan awal mahasiswa baru. Hal ini yang membedakan mahasiswa lama dan
mahasiswa baru. Yang mana mahasiswa lama tidak melulu mengurus soal perut
setiap hari. Sa pu teman bilang; kami su tuka jawa e.
Kelaparan bagi mahasiswa lama sudah menjadi hal biasa. Tetapi sangat asing bagi
mahasiswa baru.
Artinya kehilangan magic com bagi mahasiswa lama
tidak terlalu dikhawatirkan dibanding mahasiswa baru. Kegelisahan terberat bagi
mahasiswa baru selain rindu rumah, dan rindu pacar yang kuliah di kota yang
berbeda, mereka juga akan merasa gelisah apa bila kehilangan magic com.
Lebih tepatnya kehilangan anak magic com. Itu yang kami bilang
otaknya magic com. Tanpa otak itu, magic com hanyalah butiran
debu barang biasa dan bahkan tidak terlalu dibutuhkan, sama
halnya enu-enu tanpa bedak dan pensil alis hanya enu-enu biasa
yang tidak terlalu menarik perhatian dari nana-nana.
Layaknya kisah asrama, kehilangan itu akan mendatangakan
kegelisahan. Keduanya sangat lekat dengat kehidupan mahasiswa baru. Karena
bertentangan dengan pola hidup sehat dan lebih tepatnya karena belum terbiasa makan sepiring berdua dengan kekasih hanya sekali dalam
sehari. Itu!
Baca juga: Kuliah yang Benar Karena Joak Saja Tidak Cukup Sebagai Modal untuk Menikah dengan Molas Manggarai
Baca juga: Kuliah yang Benar Karena Joak Saja Tidak Cukup Sebagai Modal untuk Menikah dengan Molas Manggarai
Salam
Osth Junas|
Laki-laki penyuka anggrek
juga penikmat senyum manisnya enu-enu yang tampil tanpa pensil alis.
juga penikmat senyum manisnya enu-enu yang tampil tanpa pensil alis.

0 Komentar